Monday, July 3, 2017

Perihal Menolong

Sedih rasanya ketika menolong orang yang patah semangat, kucing cacingan, kucing diare dan hamil abnormal malah suami menunjukkan sikap tidak suka. Sedih sekali hati ini karena caranya itu tidak sesuai dengan perbuatannya sehari-hari yang rajin beribadah, membaca kitab suci sampai 4 kali dari awal sampai akhir, mantan ketua lingkungan pula.

Saya hanya berniat menolong tanpa ada embel-embel saya sendiri harus mampu, harus steril bebas kuman dan lain sebagainya. Mengapa dia begitu perhitungan dengan niat ini? malah marah-marah dan grundel langsung kepada orang yang sudah saya tolong? menunjukkan sikap tidak suka kepada kucing-kucing tersebut?

Ada pepatah dalam acara TV yang menyentuh hati saya.  Begini bunyinya :

Orang yang berhati lapang, dunia akan terasa luas. Akan tetapi jika terlalu perhitungan, dunia akan terasa sempit.

Yah, sekedar mengungkapkan isi hati ini yang saya tak tahu kepada siapa saya harus mengadu karena orang-orang yang menjadi panutan hidup telah tiada. Kedua kakek saya yang selalu iklas ketika menolong mahluk ciptaanNya.




Thursday, March 16, 2017

WAKTU

Waktu akan terus berjalan, tak bisa kita tahan. Kehidupan akan terus berlanjut selama nafas ini masih ada. Pada saat bahagia tak bisa kita menghentikan waktu untuk menikmati rasa bahagia lebih lama lagi dan ketika rasa sedih melanda kita tak mungkin mempercepat waktu agar kesedihan segera berlalu.

Namun apakah kita akan pasrah mengikuti jalannya waktu?

Monday, May 11, 2015

Cintailah Sesamamu seperti Tuhan Mencintaimu


Aku sudah aktif di lingkungan, aku menjadi pemimpin beberapa organisasi kerohanian, aku datang beribadah setiap minggu, aku sangat berbakti kepada orang tua dan saudara-saudaraku, aku selalu bersedia jika ditugaskan yang mengatas-namakan Tuhan. Bahkan aku sudah membaca kitab suci dari A sampai Z sebanyak tiga kali. Tetapi mengapa aku masih dikatakan egois , kejam dan 'cuek'?

Pertanyaan miring atau bahkan miris seperti ini seringkali tercetus dalam pemikiran beberapa orang gundah yang merasa dirinya beriman dan sudah mengikuti semua ajaran Tuhan, bahkan merasa kalau meninggal pasti masuk surga. Wahh...... angkuh sekali kelihatannya ya,....

Inilah suatu rasa yang menjebak dan mengikat hati kepada keegoisan diri. Mereka melaksanakan tugas Tuhan hanya untuk memuliakan dirinya sendiri. Dan pada akhirnya hatipun tetap tidak tenang, tidak bahagia bahkan seringkali memaksakan kehendak kepada orang lain ketika melaksanakan perntah Tuhan. Mereka akan menagih janji kepada Tuhan jika perjalanan hidupnya tidak berjalan mulus seperti perkiraannya.

"Tuhan, mengapa Engkau memberikan cobaan yang beruntun seperti ini kepadaku padahal aku sudah melaksanakan semua perintahMu?"

Mungkin Tuhan akan mendebat : "Perintah yang mana ya?" atau menjawab demikian : "Jika begitu mengapa hatimu masih saja gelisah dan mengeluh?"

Nah, pasti ada yang tidak beres dalam pemikiran dan prinsip hidupnya selama ini. Ada ajaran-ajaran Tuhan yang terlewatkan. Atau bahkan memiliki ajaran-ajaran baru yang menurut dirinya benar dan akhirnya tersesat.

Untuk mengetahuinya memang tidak mudah. Akan tetapi ada hal sederhana yang sering disebut oleh imam ketika kita beribadah. Marilah kita sama-sama menelaah kembali setiap tahap yang dilakukan ketika beribadah. Dari Pembukaan, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi dan Pengutusan. Apa sebenarnya pokok ajaran-ajaran ini menurut agama Katolik?

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena iman kita dibenarkan (Gal 2:16b; Rm 3:28); diselamatkan (2Tim 3:15). Oleh akan Kristus kita memperoleh pengampunan dosa dan mendapatkan bagian dalam kebahagiaan yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (Kis 26:18b).

Doa yang ditujukan untuk menyatakan iman ada dalam Liturgi Sabda bagian Syahadat yaitu Doa Aku Percaya. Ya,......... ternyata kita sudah menyatakan iman setiap minggu dengan berdoa Aku Percaya. Namun mengapa masih gundah?

Semua ritual-ritual itu tidaklah cukup untuk menyamakan dan membenarkan sikap diri sudah sesuai dengan ajaran Yesus. Ada yang terlewatkan yaitu mau merendahkan hati untuk mengerti akan keinginan Yesus dan mencari tahu bagaimana cara Yesus mencintai kita, umatNya.

Ingatlah akan kisah sengsara Yesus sebelum Dia disalib untuk menebus dosa-dosa kita. Marilah kita bersama sama memberi ruang dan waktu pada diri akan bagaimana sikap dan prinsip Yesus ketika itu. Sakitnya dihina, dipukuli, ditusuk, memanggul salib yang berat sampai ibuNyapun tak mampu menolong, akan tetapi Yesus tidak protes, tidak melawan, tidak mengeluh karena satu prinsip. Menyelamatkan manusia dari dosa-dosa yang telah manusia perbuat. Yesus percaya bahwa melalui diriNya yang disalib akan menyelamatkan semua orang.

Apakah kita sudah mampu bersikap seperti Yesus ketika percobaan datang melanda? Apakah kita percaya bahwa Yesus setia mendampingi? Untuk siapakah selama ini kita melaksanakan semua ajaran Tuhan? Untuk kepentingan diri sendiri atau murni untuk memuliakan Tuhan?

Ketika semua sudah dibukakan, istilah 'cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri' lambat laun akan berubah menjadi 'cintailah sesamamu seperti Tuhan mencintaimu'.

Marilah kita sama-sama bercermin dan saling mengingatkan. Meluruskan jalan yang salah. 'Mumpung' masih ada waktu.
By : Giacinta Hanna

Tuesday, March 10, 2015

BARANG FANA

Dia tak terhempaskan dalam lautan kertas bernilai tanpa sebab yang jelas. Karena dia, kami bertahan untuk tak mengutamakan hati nurani terhadap darah daging kami sendiri. Karena kami hidup dari dia yang menjadi pahlawan penyelamat harga diri. Tanpanya, kami sudah tak terbentuk dalam suatu sosok wajar seorang empunya.

Sosok kami yang hina dina pada mulanya. Tak dipandang sebelah mata, tercelup dalam kubangan air kamar mandi ketika kami berulah, menorehkan noda dalam relung batin. Tak kami sadari terbawa sampai kini, dalam pemikiran dan tindakan. Adakah keinginan untuk membalasnya? entahlah.... kami tak mengerti relung hati kami sendiri.

Dia menjadi tumpuan hidup kami saat ini karena kami memujanya. Kami sepertinya akan tiada jika dia tak disisi kami lagi. Hati kami akan kosong dan hampa tanpanya. Kami sangat membutuhkannya melebihi darah daging kami sendiri. Ya,...... dia menjadi oksigen dalam setiap detik nafas yang kami hirup. Sangat melegakan dan memuaskan.

Dia adalah kertas bernlai itu, barang fana itu. Dia yang acap kali membuat kami tersesat dalam pemikiran iblis durhaka itu berupa kertas bernilai. Uang. Salahkah jika kami memujanya dengan sepenuh jiwa raga kami?


Tuesday, February 17, 2015

Yesuslah Jawaban

Yesuslah Jawaban
Terima kasih atas luka baru yang kau torehkan di batinku.
Untuk ini ku semakin percaya bahwa hanya Tuhan yang mencintaiku apa adanya.
Meskipun ku hidup tanpa arti dan pengakuan,
namun Kau setia disisiku.
Meskipun ku tak mampu menyenangkan hatiMu selalu,
namun Kau selalu siap sedia bila ku bermasalah.
Kurasakan kasihnya ke lain hati,
tetapi ku yakin tak ada yang melebihi kasihNya pada diriku.
Ku setia mengabdi padamu yang berbalas dusta,
namun Kau selalu mengiringi jalanku.
Ku goyah dalam kedudukanku sebagai istri,
namun ku percaya diri bila dekat dengaMu.
Maafkan jika ku sering bermain dengan pikiranku sendiri,
dalam rasa kecewa ku lupa bahwa Engkau selalu hadir menemani.
Kini ku serahkan hidupku hanya kepada rencanaMu.

Friday, April 25, 2014

Sering Mengeluh, Tuhan akan bosan!

"Kamu tahu mengapa rejeki setiap orang berbeda? Kemarin saya bertemu seorang Bapak. Kerjanya mancing, santai akan tetapi mampu menyumbang ke gereja begitu besar, mampu membuatkan kaos untuk para pastur yang diberikan secara gratis, memberikan konsumsi gratis pada acara-acara tertentu di lingkungan gereja. Disamping itu ada Bapak lain yang kerja dari pagi sampai malam akan tetapi rejekinya 'kok seret'." ujar orang terdekat saya suatu waktu.

Saya sempat berpikir juga mengapa ya Tuhan memberikan ke satu orang begitu mudah hidupnya dalam kelimpahan harta sedangkan orang yang lainnya begitu sulit memperjuangkan sesuap nasi setiap harinya. Apakah mungkin Tuhan pilih kasih terhadap ciptaanNya?

Ataukah cara pandang manusia terhadap Tuhan yang salah? menuntut kepadaNya terlalu berlebihan dan membuat target yang berubah-rubah? Jadi seakan-akan orang tersebut tidak pernah ditolong olehNya. ataukah memang rejekinya yang terbatas?

Akhirnya saya memberikan sedikit padangan kepada orang terdekat tersebut. Mengapa kamu merasa hidupmu selalu susah dan setiap saat berkeluh kesah sedangkan orang tersebut begitu bahagia dengan kehidupan yang dia terima?

Ada kemungkinan permintaanmulah yang selalu berubah. Artinya ketika kamu meminta kepada Tuhan misalnya agar diberikan mobil dan Tuhan mengabulkannya, kamu bukannya merasa puas, bersyukur dan berterima kasih padaNya akan tetapi menuntut permintaan yang lain lagi misalnya agar diberikan rumah ke dua.

Ketika perjuangan untuk mendapatkan rumah kedua ini tidak begitu mulus, kamu menyalahkan Tuhan yang tidak memperhatikanmu dan merasa kamu sudah berjuang sepanjang hari tetapi belum ada tanda-tanda rumah ke dua ini akan kamu miliki. Akhirnya kamu berkeluh kesah terus dan merasa menjadi orang termiskin di dunia ini.

Jadi menurut saya yang terpenting dalam hidup ini adalah mensyukuri semua yang sudah Tuhan berikan kepada saya. Kebutuhan pokok, keluarga yang sehat, rejeki yang selalu ada, rasa bahagia ketika menikmati tontonan menghibur, bisa bercengkerama dengan anak-anak dan lain sebagainya. Itulah kekayaan yang sebenarnya yang lebih penting dibandingkan dengan kekayaan materi. 

Thursday, March 6, 2014

Pasrah itu Damai

Setiap detik kehidupan, setiap nafas yang kita hirup memberikan rasa. Sedih, bahagia, khawatir, marah, dan lainnya. Semua rasa silih berganti menghampiri diri. Kesedihan akan menimbulkan air mata, kebahagiaan akan membuat wajah ceria, tersenyum dan semua terlihat indah. Kekhawatiran, amarah akan menimbulkan depresi.

Namun apakah semua rasa itu akan kita biarkan begitu saja, tanpa ada usaha dari kita untuk menetralkan semua rasa? artinya ketika kita bersedih, kita mebiarkan diri terlalu larut dalam air mata. Begitu pula halnya ketika kita bahagia, kita membiarkan diri terlalu gembira sampai berjingkrak-jingkrak?

Tentu saja jika semua rasa dibiarkan begitu saja akan memberikan ketidakstabilan emosi. Jika sudah begini, bagaimana agar emosi tetap stabil dalam keadaan apapun? Kita perlu latihan mengendalikan diri. Misalnya sediakan waktu untuk mengheningkan diri. Dalam hening dan diam ketenangan akan tercapai. Segala emosi dalam diri secara perlahan akan terkendali.

Ketika berdiam, dekatkanlah diri kepada Sang Pencipta dengan berkomunikasi. Semakin sering kita melakukan ini maka perubahan akan tercapai. Pengendalian diri akan nampak dalam sikap sehari-hari yang tenang, matang, tidak menggebu-gebu dan begitu 'cool'.

Yang terpenting adalah menyerahkan semua keadaaan kepada Tuhan. Biarkanlah Tuhan yang bekerja untuk diri kita. Karena pasrah itu damai. Semoga ide saya ini akan membawa berkat bagi orang banyak. Amin.