Wednesday, November 21, 2007

Dunia Yang Lain
Another World

Lihat disana,
Looks at there,
Ada dunia yang lain,
There is another world,
yang selalu menyapaku,
which always say "hi"
tetapi tidak bisa kujamah,
but I can't touch it,
Salahkah jika aku mendambakannya?
Am I wrong if I hanker it?
Agar dapat kuraih.
So I can reach it.

Monday, November 19, 2007

Tanggung Jawab Moral di Era Konsumtif

Artikel ini telah dimuat di Majalah Mingguan Umat Beriman HIDUP no 45. tahun ke-61, 11 November 2007

This article has inserted in HIDUP magazine no.45, November 11st, 2007


Oleh :
Giacinta Hanna



“Selamat ibu Nina, dalam kesempatan ini ibu mendapatkan voucher menarik untuk menginap selama 2 hari satu malam atas pembukaan resort terbaru kami. Saya meminta kesediaan waktu ibu dan suami untuk datang mengambilnya sore ini dengan balasan mendengarkan keterangan dari perusahaan kami selama 90 menit,” salah seorang pengusaha bisnis jasa penyewaan kamar resort mengundang calon konsumen mereka melalui sistim “Time Sharing”.

Kebahagiaan semu mendapatkan voucher gratis nan mewah layaknya orang yang mempunyai materi berlebih membius kita yang berada di kelas sosial golongan menengah untuk memenuhi undangan mereka.

Tujuan utama manusia dalam menjalani kehidupan ini adalah untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan sejati dengan cara membawa pujian dan kemuliaan kepada Tuhan karena Tuhan merupakan dasar untuk hidup berkebajikan. Dengan hidup berkebajikan menandakan kita mencintai Tuhan dan Tuhan dipermuliakan didalam kita.

Namun dalam etika modern seringkali kita tergelincir dan gagal hidup dalam kebajikan sehingga kita mempermalukan namaNya. Salah satunya adalah memilih cara yang salah dalam mencapai tujuan tersebut yaitu dengan berpatokan utama pada hal yang bersifat materi seperti memiliki uang dan harta benda yang berlimpah.

Gengsi akan obsesi kita ini sering kali dimanfaatkan oleh sebagian pebisnis salah satunya adalah mensyaratkan melakukan transaksi dengan Kartu Kredit. Akhirnya tanpa sadar untuk itu semua kita mengeluarkan dana jauh melebihi batas kemampuan yang bertopeng pada pemilikan uang semu.

Revolusi Konsumsi


Sebuah studi yang dilakukan oleh Euromonitor International menunjukkan, dalam kurun waktu 25 tahun (1990-2015), rumah tangga Indonesia mengalami revolusi konsumsi yang luar biasa.

Revolusi konsumsi terjadi akibat dari perbedaan kelas sosial yang menonjol dan sikap mental yang bangga berhutang. Perbedaan kelas ini menimbulkan perasaan-perasaan negatif yang muncul dari kecemburuan sosial dan menjadi pemicu semangat materialisme.

Akhirnya timbul barometer bahwa derajat keberhasilan seseorang dinilai dari seberapa banyak kekayaan yang dimilikinya terutama yang bersifat materi. Jika seseorang sudah merasa berhasil dalam hidupnya tetapi tidak memiliki banyak kekayaan berupa uang dan harta benda, pada umumnya orang lain tidak menganggap bahwa ia telah berhasil.

Gejala ini umum terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia dan standar ini menular kepada kelompok-kelompok lain yang mempunyai pendapatan lebih rendah. Mereka juga ingin terlihat sebagai orang yang berhasil seperti dari kelas sosial golongan atas meskipun harus mengorbankan perasaan yang menimbulkan depresi, harta benda yang sudah dimiliki menipis dan dalam beberapa kasus sampai berhutang.

Kegembiraan Semu


Kedatangan calon konsumen atas undangan untuk mengambil voucher gratis dimanfaatkan sebagai alat untuk tujuan mereka yang sebenarnya yaitu bisnis penyewaan kamar untuk resort-resort di seluruh dunia dengan sistim pembayaran dengan Kartu Kredit.

Kegembiraan semu yang diterima dan semangat untuk mendapatkan voucher gratis menghipnotis kita dengan menyetujui persyaratan mereka yaitu menyerahkan begitu saja Kartu Kredit tanpa perasaan curiga. Untuk selanjutnya mereka tidak langsung menyerahkan voucher gratis beserta kartu kredit yang mungkin sudah digeseknya tanpa sepengetahuan kita, akan tetapi menahannya untuk beberapa lama.

The Dream Come True menjadi semboyan mereka dalam membujuk calon konsumen untuk menyewa penginapan dengan harga fantastis murahnya. Penyewaan kamar ini dibayar untuk jangka waktu 24 tahun yang dilakukan dengan cara mengangsur selama 48 bulan.

Janji mereka untuk time sharing selama 90 menit menjadi mundur sampai 180 menit. Dalam kesempatan itu mereka mempermainkan gengsi kita dan menurunkan harga serta persyaratan menjadi member sampai akhirnya calon konsumen mengeluarkan kocek melalui Kartu Kredit untuk sesuatu hal diluar rencana.

Bujukan yang membutakan mata hati


Dorongan mengidentifikasikan diri ini sering kali menipu dan membutakan mata hati kita karena berkesan memberikan keuntungan berlipat ganda jika kita menyetujuinya.

Dan persyaratan pembayaran dengan menggunakan Kartu Kredit dipakai seakan-akan memberi arti bahwa kita mempunyai dana lebih untuk melakukan transaksi. Padahal dana yang tertera bukanlah milik kita dan jika dipakai harus dibayar kepada bank yang berwewenang disertai bunga dalam waktu yang sama pada bulan berikutnya. Jika kita tidak mampu membayar, maka hutang semakin lama akan semakin besar dan pada suatu titik tertentu akan membahayakan kondisi keuangan kita.

Nafsu konsumtif ini bukannya memuaskan kebutuhan manusia, malahan secara terus-menerus menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru yang kerapkali menimbulkan aktivitas-aktivitas yang berlebihan. Segala sesuatu tampak penting dan mendesak dan orang bahkan mengambil resiko untuk tidak meluangkan waktu bagi dirinya sendiri barang sejenak.

Masuklah kembali ke dalam diri sendiri

Perbudakan masalah duniawi ini telah melupakan hakekat hidup manusia untuk membawa pujian dan kemuliaan kepada Tuhan. Meskipun kita semua hidup jauh dari kesempurnaan, namun setidaknya kita harus tetap berada didalam garis-garis moralitas yang benar didalam ajaranNya yang sah dan konstan yang mengutamakan kasih Tuhan.

Masuk kembali kedalam diri sendiri melalui dialog dengan hati nurani merupakan cara untuk bercermin atas tingkah laku yang sudah kita perbuat. Bentuk dialog batin ini bukan sekedar dialog antara manusia dengan dirinya sendiri melainkan lebih sebagai dialog antara manusia dengan Tuhan.

Hati nurani digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan dalam menghadapi situasi konkret. Meskipun hati nurani dapat keliru, namun dengan mengadakan dialog denganNya, kita akan berusaha mengetahui hukum Tuhan yang ideal dalam menghadapi suatu masalah dan alasan-alasan dibelakangnya.

Keadaan ini akan mencegah perilaku moral keliru yang menyebabkan orang sulit mengetahui kebenaran. Dengan dosa itu akan memperbudak kita yang akhirnya menuju pada langkah yang jauh dari kebahagiaan dan kesuksesan sejati.

Thursday, November 1, 2007

Ketika Tuhan Menciptakan Para Menantu

Ketika itu, Tuhan telah bekerja tujuh hari lamanya. Kini giliran diciptakannya teman hidup untuk anak laki-laki dari para ibu.

Sebelum menciptakan, Tuhan melakukan survey kepada para ibu. Tuntutan mereka yaitu :
- Menantu harus menghormati mertua dan suami
- Bangun lebih pagi untuk menyediakan sarapan buat mertua dan suami
- Harus bisa memasak dalam kondisi apapun
- Harus bisa mengurus rumah tangga tanpa pembantu
- Harus serba bisa seperti menyetir sendiri, mau disuruh-suruh, bisa cari duit sendiri buat bantu suami, mengajari anak-anak
- Keadaan rumah tidak berdebu, lantai licin, dapur bersih, lap direbus dengan
air panas, sepatu disimpan pada tempatnya
- Mau jadi tukang urut layaknya di SPA gratiissssssss....

Kemudian Tuhan mencatat semua tuntutan itu.....akhirnya setelah dibaca ulang, Tuhan berkata kepada para malaikat, "oh,..ini ndak ada! ndak ada! ndak bisa ini,.........."