Wednesday, January 30, 2008

Ketika Hujan Menjadi Bencana


Oleh : Giacinta Hanna


Titik-titik air yang terjatuh bebas
Dirasakan nyaman
Memberikan kesejukan
Dari penatnya udara siang


Butiran-butiran itu
Semakin lama semakin bertambah
Bagaikan air bah yang tumpah
Dari langit tak berujung


Sentuhannya yang keras
Merontokan butiran-butiran tanah
Tanpa penyangga
Tanpa ikatan akar pepohonan


Pergerakannya begitu cepat
Melebihi pesawat jet
Menimbun segala sesuatu
Tanpa pilih-pilih


Manusia-manusia,
Rumah-rumah,
Binatang-binatang,
Semua menjadi satu


Akibat hutanku hilang
Untuk mengisi kantong
Hujan menjadi bencana
Rakyat pula yang menderita


Bekasi, 30 Januari 2008

Tuesday, January 29, 2008

Memupuk Kerendahan Hati
dalam Pikiran yang Terpasung

oleh :
Giacinta Hanna

“Tak kusangka, anak yang sudah kubesarkan sepenuh hati selama bertahun-tahun kini melawanku dengan kasar setelah dia menikah”, ibu mertua Mita berujar agak keras sambil mengeluarkan air mata.

Isak tangisnya saat itu menggetarkan hati Mita dan keinginannya untuk memeluk tubuhnya yang sudah rapuh itu begitu kuat menyelimuti jiwanya. Mita ingin melindunginya dari hal-hal yang membuatnya sakit hati.

Meskipun ketika melihat dia, terkadang timbul perasaan dendam akibat dari perlakuannya dimasa lalu, namun disisi lain hati Mita begitu saja ingin menghapus semuanya.

Amarah, benci, luka batin dan hidup penuh tekanan sering kali kita alami dalam menjalani kehidupan ini karena tidak selamanya kehidupan ini semulus jalan tol. Perasaan negatif ini akan semakin parah jika kita terlalu memfokuskan hidup ini kepada diri sendiri.

Perasaan ini menimbulkan rasa cinta yang berlebihan kepada diri sendiri sehingga menomor-duakan kepentingan orang lain. Hal ini membuat pikiran kita terpasung dalam kesombongan diri, tinggi hati, , high profile, arogan, selalu ingin dihormati dan diistimewakan, tidak mau mendengarkan juga tidak mau melayani.

Tuntutan dari faktor internal ini jika tidak terpenuhi untuk masa tertentu membuat tekanan yang berkepanjangan. Dan jika dibiarkan akan bermasalah dikemudian hari yaitu dapat menyebabkan depresi.

Perilaku negatif mulai menghantui kehidupan kita sehari-hari. Akhirnya kita menyalahkan orang lain dan Tuhan yang tidak berlaku adil terhadap kita. Hati kita menjadi beku dan tidak peka terhadap keadaan sekitar, pikiran menjadi buntu, tidak bersemangat kemudian timbul kecemasan yang tidak beralasan.

Kecemasan ini dapat membuat suatu lingkaran setan dan menjadi semakin parah ketika kekhawatiran-kekhawatiran kita akan peristiwa-peristiwa hidup ini berlebihan dan tenggelam di dalamnya. Hal ini dapat memunculkan suatu siklus yang dapat melemahkan kemampuan kita dalam menghadapi ataupun mengatasinya yang berakibat menderita depresi berat.

Dalam depresi berat akan muncul delusi-delusi yaitu mempunyai keyakinan bahwa ada orang yang sedang membicarakan dan ada orang yang mau mengancam yang akhirnya orang ini dilanda ketakutan. Kadang-kadang dalam ketakutan itu dia ingin mengakhiri hidup.

Secara global lima puluh persen dari penderita depresi berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya ada lima belas persen. Selain itu, depresi yang berat juga menimbulkan berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma, gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), gangguan pola tidur serta menurunkan produktivitas. Sejak depresi sering didiagnosis, WHO memperkirakan depresi akan menjadi penyebab utama masalah penyakit dunia pada tahun 2020.

Dari sisi genetik, orang yang mempunyai bakat depresi akan lebih gampang menderita depresi bila ada stimulus. Jika faktor lingkungan muncul, misalnya, stres, kehilangan orang yang disayangi, penyalahgunaan obat, penyakit fisik (kronis), kehilangan pekerjaan, dan latar belakang sosial yang buruk, maka depresi lebih mudah muncul.

Kekecewaan yang dialami ibu mertua Mita karena baru saja mengalami perubahan dramatis dalam hidupnya, yaitu mendapatkan menantu dan merasakan cinta anaknya yang beralih, jika dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan depresi berat. Setelah depresi melanda, maka penyakit fisik akan terasa dan akhirnya bergantung kepada berbagai macam obat untuk menghilangkan penderitaannya.

Padahal penggunaan obat-obatan anti depresan hanya menyembuhkan sesaat tetapi tidak akan merubah tekanan-tekanan batin yang ada dalam dirinya. Yang terpenting adalah mempelajari bagaimana caranya untuk melindungi diri sendiri dari emosi-emosi yang menyedihkan dan mencoba untuk mengurangi / menghentikan ketergantungan pada obat-obatan.

Dalam usaha itu, dia harus mengenal mengenai siapa dirinya. Dengan Introspeksi diri membuatnya berlutut dalam kerendahan hati yang akhirnya akan memberikan kepekaan visi dan sikap yang positif. Hal ini sebagai antisipasi dalam menghadapi dinamika perubahan hidup yang terjadi bahkan mampu menikmatinya dengan antusias.

Sikap rendah hati bisa diperoleh jika kita mau berusaha membuka diri untuk melayani, memandang setiap individu unik, istimewa dan penting, mau mendengar dan menerima kritik, mau mengalah, berani mengakui kesalahan dan meminta maaf, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, juga mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Mau melayani menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Hal tersebut dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani orang lain melalui kasih dan perhatian.

Manusia adalah pribadi yang harus diperlakukan khusus. Manusia adalah makhluk yang sangat sensitif. Jika kita meragukan hal ini, lihatlah kembali kedalam diri dan perhatikan betapa mudahnya kita merasa disakiti atau tersinggung.

Kritik harus kita pandang sebagai bahan baku kita untuk mengembangkan diri, bukan untuk menunjukkan kita salah atau benar. Apapun bentuk dan cara penyampaian kritik harus senantiasa kita pandang positif dalam proses pembelajaran yang berlangsung terus menerus dalam hidup kita.

Mengalah demi kebaikan ataupun jika kita kalah dalam suatu pertandingan atau persaingan kita tidak boleh merasa gagal atau dikalahkan. Kekalahan atau kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan atau kemenangan, karena orang bijak mengatakan success is a journey not a destination.

Dalam setiap agama dikatakan bahwa kita harus mau mengampuni kesalahan sesama kita, karena Tuhan juga mau mengampuni dosa-dosa kita. Sifat ini justru tidak kita temui dalam keseharian kita. Masih banyak dari kita yang tidak dapat memaafkan orang lain dan senantiasa hidup dalam dendam dan sakit hati.

Sikap yang lemah lembut dan penuh pengendalian diri berarti tidak pernah membiarkan emosi tidak terkendali,. Kemarahan atau kekecewaan yang dirasakan senantiasa dapat dia kendalikan sepenuhnya, dalam arti bukan diluapkan, bukan pula dilupakan, diacuhkan atau ditahan, tetapi dilepaskan dengan pasrah.

Sebelum depresi melanda diri kita yang diakibatkan oleh pikiran yang terpasung dalam hal-hal negatif, ada baiknya kita membuka diri megenai hal ini dengan kerendahan hati kepada orang-orang yang bisa dipercaya, dapat memilih antara memaafkan atau mendendam, dan yang terutama mendekatkan diri padaNya untuk mendapatkan kasih dan pengampunan yang sejati. Hal ini memperkuat daya tahan mental, lebih fleksibel, memiliki fisik yang sehat dan menimbulkan rasa damai dalam hati kita.
Artikel ini telah dimuat di Majalah Hidup edisi 13 Januari 2008

Tuesday, January 8, 2008

Don't Let Them Leave From You


oleh : Giacinta Hanna



"Siapa yang masih ingat sama aku? Mereka bahkan tidak pernah mau mengenalku lagi”, ujar Mahendra dengan nada sedih.

Kata-kata yang negatif lebih cepat diserap dan tersimpan dalam gudang pikiran bawah sadar sehingga pencitraan diri Anda beralih kearah yang negatif pula.


Secara garis besar pikiran manusia terbagi menjadi dua yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar adalah keadaan sekarang dimana kita aktif bertindak. Dalam aktifitas sehari-hari kita lebih banyak menggunakan pikiran sadar. Sedangkan pikiran bawah sadar bisa dikatakan sebagai tempat disimpannya berbagai pengalaman yang kita rasakan dan alami sejak dulu.

Dengan kata lain pikiran bawah sadar bisa dikatakan sebagai bank memori. Karena itu jika dipresentasikan, pikiran sadar hanya menempati 12 %, sementara pikiran bawah sadar menempati 88 % yang tenggelam dalam diri kita.

Antara keduanya dibatasi sebuah filter yang disebut reticular activating system. Garis ini berfungsi melindungi manusia dari informasi-informasi tidak perlu, sehingga seseorang tetap terlihat sadar dan waras.

Pikiran bawah sadar kita sangat kuat sekali sehingga pengalaman-pengalaman yang mengendap dalam diri kita cenderung mempengaruhi bagaimana kita bereaksi terhadap kondisi berikutnya yang kita hadapi.

Kalau kita bisa mengendalikan bawah sadar kita kearah yang positif berarti kita dapat sepenuhnya mengendalikan kerja setiap individu sel dalam tubuh kita yang akhirnya memberikan kita hidup yang lebih terarah dan damai.

Kemampuan pikiran sadar yang hanya 12 % membatasi kemampuan kita mengingat seseorang, namun potensi pikiran bawah sadar dapat dilatih ketajamannya salah satunya melalui interaksi secara terus menerus dan saling mengingatkankan akan hal-hal yang ingin diingat dengan teman sepengalaman.

Oleh sebab itu kita membutuhkan teman-teman baik yang lama maupun yang baru sepanjang hidup kita. So, don’t let them leave from you.