Sunday, November 22, 2009

Aku Goyah, Aku Menjerit
Oleh : Giacinta Hanna


Terlalu banyak sudah beban yang harus kutanggung.
Terlalu banyak penyesuaian yang harus aku lakukan.
Terlalu banyak keinginan yang harus kupenuhi.
Dayaku semakin lama semakin mengendur.
Kemampuanku semakin lama semakin menurun.
Aku tak mampu lagi memenuhi semua ambisimu.
Ragaku tak kuat menopang hasil rekayasamu terhadap tubuhku.
Aku sudah berubah terlalu banyak.
Diriku bukanlah aku.
Aku berubah menjadi seonggok ‘bom’ yang siap meledak.
Menjadi gunung aktif yang siap menumpahkan lahar panas.
Kebotakkan semakin membuatku tidak menarik.
Bahkan lalatpun tak sudi meskipun hanya sekedar singgah.
Aku menjadi panas dan semakin panas.
Tak ada yang melindungiku.
Aku goyah, aku menjerit.

Dari sahabatmu,
Bumi.

Bekasi, 21 November 2009
Tulisan ini disumbangkan untuk GPMA (Gerakan Penghijauan Mata Air)



Thursday, November 19, 2009

Hati yang Gembira

Oleh : Giacinta Hanna

Hati yang gembira adalah obat terutama ketika merasa kesepian, terasing dan tertekan. Namun perasaan ini akan terasa lebih berat dan sangat menyiksa jika kita patah semangat. Bagaimana membuat hati kita senantiasa bergembira?

Kerjakan semua pekerjaan dengan cinta dan kesukaan penuh. Dengan mencintai keluarga, pekerjaan, teman-teman dan hidup, semua tugas akan terasa mudah dan ringan. Hasilnyapun akan maksimal. Cobalah mencintai hidup dan sekitar, apapun itu, bagaimanapun itu.

Terkadang kita butuh penyegaraan, akan tetapi pilihlah yang baik terutama untuk mempererat hubungan seperti jalan bersama, piknik bersama, menonton film komedi, dan jika sudah berkeluarga tidak ada salahnya melakukan hubungan sex dengan gaya yang berbeda dari biasanya bersama pasangan. Perasaan akan kembali ringan bagaikan terbang di awan, melayang dan melambung tinggi. Wow !

Hati yang Gembira

Hati yang gembira adalah obat
Seperti obat hati yang senang
Tapi semangat yang patah
Keringkan tulang
Hati yang gembira, Tuhan senang



Wednesday, November 11, 2009

Ikatan Batin Ibu dan Anak

Oleh : Giacinta Hanna

Masih dicarinya puting-puting itu meskipun tubuh mereka hampir menyamai tubuh sang ibu. Air susupun sudah tidak diproduksinya lagi. Namun, ada suatu rasa kehilangan jika tidak mengisapnya barang sehari saja. Padahal perut mereka baru saja diisi potongan-potongan hati ayam mentah. Desert harus selalu ada untuk menyempurnakan menu makan yaitu berupa puting-puting susu sang ibu.

Dengan perut penuh rasanya mata tidak bisa berkompromi untuk tetap terjaga. Agar dapat tidur nyenyak dan nyaman, mereka mendekati sang ibu dan mulai menghisap puting-puting itu perlahan-lahan. Rupanya air susu tidak juga keluar sehingga jemari mereka ikut menekannya untuk beberapa waktu. Tentunya mereka tahu air susu tidak akan pernah muncul lagi namun gerakan refleks menekan masih digunakannya.


Gigi geligi dan cakar yang sudah tumbuh juga tajam tidak ditolak oleh sang ibu. Dengan suka rela diberikannya putting-putting itu demi memuaskan kebutuhan sang anak. Akhirnya mereka tertidur lelap dengan mulut masih menempel di tubuh sang ibu. Sang ibu tak kuasa bergerak, khawatir anak-anaknya terbangun dari tidur lelap. Tentunya pegal sangat terasa di tubuh namun demi anak-anak, dia rela menjadi patung untuk beberapa waktu, sampai mereka mencabut isapannya.


Sikap sang ibu yang begitu sabar dan mencintai anak-anaknya nampak jelas. Dirinya selalu menjaga hati sang anak dari luka dan derita agar mereka bisa tumbuh sehat, lincah dan bahagia. Tanpa rasa letih ataupun lelah, dijagainya mereka sepanjang hari. Dilaluinya bersama ketika mereka lapar, bermain, ketika ada rintangan atapun sekedar keinginan untuk saling membelai.

Ada ikatan batin antara ibu dan anak yang tidak dapat dipisahkan pleh apapun. Ada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memberikan rasa bahagia. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, diperhatikan dan memperhatikan, dilindungi dan melindungi. Kebutuhan yang tidak dapat digantikan oleh apapun atau siapapun karena mereka berasal dari darah yang sama.


Dari lubuk hati ibu dan anak yang terdalam akan mempunyai kebutuhan yang sama. Meskipun seringkali terjadi pertengkaran, sikap memberontak, silang pendapat bahkan tidak pernah mengenal satu sama lain secara dekat, namun ikatan batin itu akan selalu ada. Kebutuhan untuk saling mengisi akan selalu meminta untuk dipenuhi, hanya dari darah yang sama.