Sunday, March 18, 2012

Perlukah target dalam hidup?


Ketika aku asik menyetir, tiba-tiba anakku yang seringkali menjadi teman seperjalanan berujar,“Ma, kalau hidup itu harus punya target ya?”

Kendaraanku agak ‘oleng’sejenak mendengar pertanyaannya, namun segera bisa kukendalikan. Aku baru sadar bahwa anakku sudah mulai besar. Semakin banyak yang dia lihat dalam kehidupan. Pandangannya semakin bertumbuh dan semakin banyak pertanyaan dibenaknya yang membutuhkan jawaban. Seringkali pertanyaan-pertanyaannya diluar jangkauan pengetahuan kami, orang tuanya. Namun kami harus mampu memberikan jawaban yang pasti agar dia bisa mengerti, agar pertanyaannya terjawab.

"Iya dong. Jika kita punya target maka kita lebih semangat menjalani hidup. Misalnya target pengusaha adalah bulan ini penjualan harus mencapai angka 1000. Maka dalam satu bulan dia akan disibukkan dengan mencari cara dan upaya agar target tercapai diakhir bulan. Dia akan disibukkan untuk membuat jadwal penjualan dalam satu minggu. Kemudian minggu ke dua diamati kira-kira target akhir bulan tercapai atau tidak. Jika penjualan masih jauh dari angka 1000, di minggu ke dua dia akan disibukkan dengan merubah cara menjual yang lebih menarik agar lebih banyak orang yang membeli produknya. Begitu seterusnya. Kalau target tidak tercapai dalam bulan ini, maka jangan putus asa. lanjutkan di bulan berikutnya. Cari cara agar penjualan semakin banyak seperti merubah produk, kemasan, dan lain-lain sampai target tercapai. Seru kan hidup ini?" ujarku.

"Terus, ma,....gimana kalau orang hidup tidak punya target?"

Nah loh! Tadi tanya hidup harus punya target. Sekarang ingin tahu kemungkinan orang yang hidupnya tidak memiliki target. Aku kembali berpikir keras. Kali ini kendaraanku tidak oleng namun agak sedikit ketengah jalan padahal sudah waktunya belok kiri. Ini resiko ngobrol sambil menyetir. Tapi tidak apa-apa. Justru perjalanan rutin menuju tempat kerja semakin berwarna dan bermakna dengan adanya pertanyaan-pertanyaan kritis ini.

"Kalau hidup tidak punya target menurut mama sangat membosankan. Bayangkanlah jika kegiatan kita setiap hari hanya di rumah. Makan tidur, MCK, 'bengong', diam, makan lagi, tidur lagi, MCK lagi...begitu terus. Nonton TV tidak suka, baca koran apalagi. Memelihara binatang tidak suka, hobi rasanya tidak punya. Apa tidak 'bikin bete'? Padahal hidup ini bisa dibuat asik. Meskipun banyak orang bilang hidup ini singkat, tetapi tetap harus kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat supaya proses menjalani hidup menjadi bersemangat. Dan akhirnya akan berguna juga untuk hidup kamu."

"Hm,...ya ya....ngerti. Aku nangkep deh maksud mama."

"Jadi sebenarnya yang seru itu adalah ketika kita menjalani proses menuju tujuan hidup. Misalnya tujuan hidup kita adalah ingin menjadi seniman IT. Maka dalam prosesnya, kamu harus membuat target bertahap misalnya tahun pertama mempelajari teori melukis, tahun kedua mempelajari teori IT, tahun ketiga mempelajari bahan-bahan kontemporer, dan lain sebagainya. Dalam proses mencapai target kamu akan banyak menemukan hal-hal yang mudah sekaligus sulit dipecahkan. Disinilah asiknya menjalani hidup. Ehh,....mendapatkan cewek cantikpun merupakan target yang membuat kamu semakin bersemangat menjalani hidup loh!"

Aku tak tahu apakah penjelasan ini cukup memuaskan dia atau tidak. Yang penting aku sudah berusaha menjelaskan sesuai dengan daya tangkapnya dan dalam proses menjelaskan ini aku merasa semakin dekat dengan anakku. Seru bukan memiliki anak-anak ABG?

Jika kita melihat segala sesuatu dari sisi positif
Jika kita bisa merubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin
Jika kita mampu membuat hidup ini seru
Jika kita mampu merubah dunia
Maka segala hal akan terasa menyenangkan dan indah
Maka hidup akan berguna bagi diri dan orang lain
Bagi negara dan bangsa, bagi kemuliaan namaNya.