Thursday, March 6, 2014

Pasrah itu Damai

Setiap detik kehidupan, setiap nafas yang kita hirup memberikan rasa. Sedih, bahagia, khawatir, marah, dan lainnya. Semua rasa silih berganti menghampiri diri. Kesedihan akan menimbulkan air mata, kebahagiaan akan membuat wajah ceria, tersenyum dan semua terlihat indah. Kekhawatiran, amarah akan menimbulkan depresi.

Namun apakah semua rasa itu akan kita biarkan begitu saja, tanpa ada usaha dari kita untuk menetralkan semua rasa? artinya ketika kita bersedih, kita mebiarkan diri terlalu larut dalam air mata. Begitu pula halnya ketika kita bahagia, kita membiarkan diri terlalu gembira sampai berjingkrak-jingkrak?

Tentu saja jika semua rasa dibiarkan begitu saja akan memberikan ketidakstabilan emosi. Jika sudah begini, bagaimana agar emosi tetap stabil dalam keadaan apapun? Kita perlu latihan mengendalikan diri. Misalnya sediakan waktu untuk mengheningkan diri. Dalam hening dan diam ketenangan akan tercapai. Segala emosi dalam diri secara perlahan akan terkendali.

Ketika berdiam, dekatkanlah diri kepada Sang Pencipta dengan berkomunikasi. Semakin sering kita melakukan ini maka perubahan akan tercapai. Pengendalian diri akan nampak dalam sikap sehari-hari yang tenang, matang, tidak menggebu-gebu dan begitu 'cool'.

Yang terpenting adalah menyerahkan semua keadaaan kepada Tuhan. Biarkanlah Tuhan yang bekerja untuk diri kita. Karena pasrah itu damai. Semoga ide saya ini akan membawa berkat bagi orang banyak. Amin.