Monday, April 28, 2008

Oknum Pembalakan Liar di Kalimantan

Oleh : Giacinta Hanna

Pagi ini sambil mengantar anak-anak ke sekolah, terdengar wawancara penyiar Irradio dengan salah seorang manajer kampanye WALHI yang berkerja di Pulau Kalimantan.

“Bagaimana proses pembalakan itu, Pak?” ujarnya mengorek keterangan.
“Rakyat di Kalimantan dibujuk untuk mengirimkan kayu ke Malaysia dengan diberi modal 10– 20 juta sebagai uang muka, oleh ‘cukong’ yang tinggal di Malaysia,” jawabnya lugas.

Kasus pembalakan liar memang masih menjadi masalah yang sulit ditangani karena adanya berbagai kepetingan. Rakyat membutuhkan biaya untuk keberlangsungan hidup, pemerintah setempat juga butuh biaya untuk membangun daerahnya sendiri bersamaan dengan berlakunya otonomi daerah dan para ‘cukong’ itu juga butuh usaha untuk memajukan bisnisnya.

Penebangan liar bukan hanya terjadi di lokasi bekas areal tebangan hak pengusahaan hutan (HPH), tetapi sudah menjarah ke hampir semua kawasan konservasi yang ada di Indonesia.

Menurut Center for International Forestry Research (CIFOR), epidemi pembalakan hutan juga sulit diberantas karena didukung penyokong dana (cukong) yang beroperasi seperti institusi kejahatan terorganisasi dan sindikat internasional yang tak jarang didukung institusi pemerintahan sejumlah negara. 1)

Penyiar itu melanjutkan pemberitaannya bahwa dukungan instansi terkait juga dimasukkan dalam peraturan yang meringankan dan memberi peluang para ‘cukong’ untuk bertindak sesuai dengan kebutuhannya. Mereka merasa perbuatan itu dilakukan secara legal.

Setelah sampai rumah saya segara browsing internet. Rasa penasaran membuat saya ingin tahu lebih lanjut mengenai masalah ini. Saya ketik ‘Pembalakan Hutan di Kalimantan’ di Google search, dan ditemukan beberapa artikel terkait.

Ternyata semakin lama laju deforestasi terus mengalami peningkatan, mencapai 2,8 juta hektar per tahun, tercepat di dunia. Ini lebih parah dari era terdahulu yang hanya 1,7 juta hektar per tahun. Kalangan LSM sendiri yakin, angkanya jauh lebih besar dari 2,8 juta hektar.

Begitulah nasib 'hutan pasca pemanenan'. Hutan hujan tropis merupakan ekosistem daratan yang paling kaya akan keragaman jenisnya di bumi. Namun kepedulian akan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan tidak merata dan kegiatan ini masih tetap berlangsung sampai detik ini. Entah kapan hal ini akan berakhir.

Kasihan anak cucu kita. Tugas yang sangat berat telah menanti mereka !
___________

1) Kompas - January 13, 2007

No comments: