Sosok kami yang hina dina pada mulanya. Tak dipandang sebelah mata, tercelup dalam kubangan air kamar mandi ketika kami berulah, menorehkan noda dalam relung batin. Tak kami sadari terbawa sampai kini, dalam pemikiran dan tindakan. Adakah keinginan untuk membalasnya? entahlah.... kami tak mengerti relung hati kami sendiri.
Dia menjadi tumpuan hidup kami saat ini karena kami memujanya. Kami sepertinya akan tiada jika dia tak disisi kami lagi. Hati kami akan kosong dan hampa tanpanya. Kami sangat membutuhkannya melebihi darah daging kami sendiri. Ya,...... dia menjadi oksigen dalam setiap detik nafas yang kami hirup. Sangat melegakan dan memuaskan.
Dia adalah kertas bernlai itu, barang fana itu. Dia yang acap kali membuat kami tersesat dalam pemikiran iblis durhaka itu berupa kertas bernilai. Uang. Salahkah jika kami memujanya dengan sepenuh jiwa raga kami?
No comments:
Post a Comment