Friday, March 6, 2009

Energi Menjalar

Oleh : Giacinta Hanna

Energi menjalar yang hidup di dalam rahim seakan tidak pernah puas menikmati darah segar dari pemiliknya. Energi yang seperti parasit itu berusaha menggemukkan diri dari menit ke menit, dari hari ke hari tanpa perasaan. Tanpa ada rasa kasihan terhadap si empunya tubuh.

Ia sungguh tangguh. Jika ada usaha untuk membuang dengan memangkasnya, maka ia akan tumbuh semakin cepat dan semakin subur. Menjalar ke usus, pinggul dan entah kemana lagi. Tanpa arah. Tanpa seorangpun mampu mencegahnya. Tanpa satu obatpun yang mampu menangkalnya.

Kekuatan telah berpindah. Kekuatan telah dicurinya perlahan-lahan. Hanya rintihan kesakitan yang membuktikan bahwa daya tahan tubuh semakin mengendur. Pengobatan dilakukan hanya sebagai penahan rasa sakit. Energi menjalar itu tetap ada.

Mengapa energi itu harus ada? Mengapa dia diberi tugas sebagai 'si pencabut nyawa' dalam kehidupan ini? Apa tidak ada jalan lain menuju kehadapanNya? Jalan yang lebih ringan dan menyenangkan. Mengapa tubuh harus merasakan kekuatan yang berpindah?

Kita tidak bisa berdamai dengan energi yang satu ini. Usaha untuk berdamai selalu berakhir dengan kegagalan. Apa yang harus dilakukan? Berjuang sampai titik darah penghabisan. Berjuanglah !

Untuk seseorang disana, yang sedang merintih kesakitan dari hari ke hari melawan tamu tidak diundang, si energi menjalar. Jangan lelah berjuang. Lawanlah penyakitmu. Jangan pernah mengalah satu detikpun. Doaku selalu menyertaimu. Percayalah, Dia dipihakmu.



No comments: