Monday, March 9, 2009

Rumah Impian

Oleh : Giacinta Hanna

Tangga yang kudaki tidak semulus yang kukira. Tumbuh lumut di setiap sudut dan tekstur batu templek membuat aku harus berhati-hati menginjaknya terutama ketika hujan turun. Belum lagi kakiku sering tersandung batu ketika aku melangkah tanpa konsentrasi penuh. Ya, tangga itu tidak terlindung dari hujan dan panas juga rawan akan perubahan.

Namun, itu jalan satu-satunya yang aku temui untuk menuju rumah impian. Rumah impian dimana semua yang aku inginkan tersedia. Kebebasan melakukan apapun tanpa batasan. Bebas dari perasaan terkekang, diawasi, disaingi, tuntutan hidup, dan peraturan-peraturan.

Sudah tiga anak tangga aku lalui dengan susah payah. Haruskah aku berhenti sampai disini? Berat sekali kaki ini melangkah menuju anak tangga yang ke empat. Haruskah aku beristirahat sejenak untuk melepas lelah? Mampukah aku menuju anak tangga yang kesepuluh, yang merupakan anak tangga terakhir?

Dimanakah si pemberi semangat yang tidak lelah mendorongku untuk terus melaju? Dimanakah si pendukung sejati yang selalu menyediakan waktunya untukku? Entah, tak ku temukan di anak tangga yang ke empat. Aku harus berjuang sendiri. Fokus kepada impianku.

No comments: