Monday, June 1, 2009

Roti Bakar TASTY ku Dibajak Didepan Mata

Oleh : Giacinta Hanna

Saya lihat roti bakar berbentuk segitiga berjumlah empat buah ditata di atas piring keramik berbentuk segi empat mengelilingi kentang goreng.

"Ibu Dewi mau membuat menu baru ?" ujar saya, sangat ingin tahu mengenai kegiatan yang dilakukannya di depan mata.

"Ah, tidak. Saya cuma mau bantu teman yang akan buka cafe disebelah bilyar", ujarnya dengan muka bak kepiting rebus.

Mengapa dia tersipu-sipu bercampur gugup seperti itu? Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan.
Saya penasaran. Saya hampiri lagi roti bakar yang siap dibidik dengan kamera poket.

Eh, iya betul. Ini roti bakar saya. Saya tahu persis dari isinya, penataan, potongan dan tebalnya. Kenapa ya ide saya mau dia foto? untuk keperluan apakah? Rasa terkejut sekaligus emosi berkecambuk dalam hati.

"Bu, itu kan roti bakar saya ya?" Ujar saya meyakinkan diri sendiri.
"Iya, baru tadi saya beli", katanya dengan nada datar.
"Lho, kenapa ibu foto?" kejar saya
"Cuma buat contoh. Temen saya mau buat cafe di lantai bawah sebelah bilyar", katanya lagi.

Ibu Dewi bekerja sebagai akunting di operator Food Court Jungle Paradiso. Namun di waktu luangnya dia juga menympatkan berbisnis jual HP dan sewa satu gerobak untuk menjual makanan kecil seperti kentang goreng, sosis nugget, roti tawar (dibakar atau digoreng??), dll yang terletak satu lantai dengan tempat dia kerja.

Kantornya dikelilingi para tenan yang berjumlah 21 buah. Dia bertugas untuk mengawasi kelancaran jalannya penjualan. Semua data penjualan dia pegang. Juga masalah pembayaran ke masing-masing tenan. Oleh sebab itu dia mengetahui omset yang diterima.

Kesempatan ini digunakan untuk mencari peluang baru. Tidak ada yang salah jika seseorang ingin memperbaiki taraf hidup, meskipun diketahui kondisi ekonomi jauh dari cukup. Namun ada cara yang baik dan tidak baik.

Seharusnya ibu Dewi melindungi dan menjaga rahasia dapur para tenan agar bisnis bosnya bisa tetap berjalan. Namun apa mau dikata? Bujukan uang dan ambisi bisa membutakan tindakan. Dipesannya roti bakar TASTY. Kemudian dia pindahkan dipiring yang lebih besar untuk ditambahkan dengan kentang goreng jualannya. Dan, simsalabim !!! Jadilah komposisi yang baru dengan Roti Bakar ide asli dari TASTY.

Yang saya tidak habis pikir, kenapa dia tega menjiplak hak cipta TASTY, salah satu tenan yang seharusnya dia lindungi? Mengapa tidak ada kesadaran dan tidak menghargai hak-hak seseorang yang mempunyai sebuah karya? Kenalkah dia akan UU No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta ?

Menu-menu yang saya sajikan itu sudah teruji baik rasa maupun kelayakan untuk jual. Pemikiran ini tidak terjadi dengan mudah, memerlukan riset dan kerja keras untuk mendapatkannya. Namun dengan begitu mudahnya dia curi, tanpa ada perasaan bersalah pula. Berani, sungguh berani !

Kecewa, gundah, sedih. Ya, tanpa bisa ditahan perasaan itu muncul begitu saja. Namun tantangan ini semakin memacu untuk bertahan. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi saya. Secara tidak langsung dia telah mengajarkan saya untuk melindungi hasil karya sendiri dari pencurian.

Saya sarankan sebaiknya kampanye STOP COPY PASTE diperluas lagi tidak hanya untuk tulisan, tetapi termasuk karya nyata. Mungkin slogan kampanye bisa diganti menjadi " Jangan membeli makanan hasil copy paste ".





No comments: