Monday, September 17, 2007

Ranting Teman Mainku












Janggu, Belang dan Kuni adalah tiga anak kucing yang bersahabat. Mereka sangat kompak dan saling menolong satu sama lain jika menghadapi kesulitan. Janggu bertubuh paling besar, warna bulunya seperti marmer berwarna hitam, coklat dan kuning Ada goresan warna kuning dibagian dagunya yang terlihat seperti kakek berjanggut. Belang berwajah paling lucu dengan warna bulunya mirip Janggu hanya lebih loreng dengan dua bola mata yang sangat besar juga bulat seperti mata burung hantu. Sedangkan Kuni berbulu mirip ibunya yaitu kuning berloreng-loreng. Dia si bungsu yang paling berani dan paling cerewet.

Mereka tinggal di halaman belakang salah satu rumah disudut gang. Disana tumbuh pohon belimbing yang sangat subur dan rindang. Pohon ini biasa mereka gunakan untuk memanjat atap rumah. Pemandangan di atas sana sungguh indah dan luas. Tetapi jika hujan turun, tempat di bawah ataplah yang paling aman untuk berteduh.

”Kedua saudaraku saat ini tidak bersamaku. Mereka sedang menjelajahi atap rumah Entah apa yang mereka cari disana. Mungkin mereka hanya ingin menghilangkan rasa bosan setelah lama bermain di bawah” si Kuni bergumam sendiri.

Tiba-tiba sebuah benda berukuran selebar jari manusia dewasa, berwarna coklat tua, panjang dan bercabang terjatuh dihadapan Kuni.

”Duk!” Kuni sedikit terkejut karena dia baru pernah melihat benda ini.

Rasa ingin tahu Kuni begitu besar. Dia mulai menghampirinya dan disentuhnya benda itu dengan kuku-kukunya yang tajam. Benda itu bergeser. Kunipun mundur sejenak dengan mata terus menatapnya. Kuni khawatir benda itu bergerak menangkapnya. Kuni tunggu beberapa waktu ternyata benda itu tetap diam dan dia mulai menyentuhnya lagi. Kuni semakin penasaran. Kuni mendekatkan hidungnya sampai menyentuh salah satu ujung benda itu. Oh,.. dia tahu sekarang. Benda itu tidak hidup.

Kuni semakin berani bermain-main dengannya. Dia berlari menjauh, mengintip dibalik tembok, kemudian kembali lagi berlari mendekatinya. Digigit-gigitnya benda itu dengan gigi geliginya yang terasa gatal karena baru tumbuh dan dipeluk-peluknya sebagian dari benda itu. Digeser dan diputar-putarnya benda itu. Terkadang dia berguling-guling di bawahnya. Begitu berulang-ulang sampai Kuni terasa kelelahan tetapi sangat puas karena hari ini Kuni mempunyai teman main yang baru. Temannya itu dia simpan dengan sangat hati-hati disudut rumah bersama tumpukan barang-barang lain agar kedua saudaranya tidak menemukannya.

Di sore hari kedua saudara Kuni pulang dengan tubuh penuh debu. Dia tahu, mereka pasti sudah mandi pasir diatas sana. Ketiganya saling menjilat untuk menunjukkan kasih sayang diantara mereka. Sambil melakukan hal itu, Belang menanyakan sesuatu kepada adiknya.

”Kuni, kamu sedang apa?” Belang ingin tahu kegiatan adik bungsunya sepanjang hari ini.

”Aku sedang istirahat setelah bermain seharian.” Kuni menjawab dengan santai.

Kedua saudaranya merasa janggal melihat sikap Kuni hari ini. Biasanya jika Kuni ditinggal sendirian dia pasti panik mencari kedua saudaranya. Mereka merasa ada sesuatu yang dirahasiakan. Meskipun penasaran tetapi mereka tidak menanyakan secara langsung pada Kuni karena mereka tahu Kuni pasti tidak akan memberitahukan rahasia itu.

”Wah Kamu hebat ya sekarang bisa main sendirian!” Seru Janggu memancing jawaban Kuni lebih lanjut.

”Tentu, kak. Aku sekarang sudah besar.” Kata Kuni sedikit bangga.

”Tetapi bermain beramai-ramai lebih seru, Kuni.” Ujar Belang menambahkan.

”Aku sekarang punya teman baru, kak.” Akhirnya tanpa sengaja Kuni membongkar sendiri rahasia yang disimpannya.

”Siapa teman barumu? Bolehkah kami berkenalan dengannya?” ujar Janggu dan Belang bersamaan.

”Sebelum aku perkenalkan, kalian harus berjanji untuk tidak mengganggunya.” Kuni memberikan peringatan karena khawatir temannya dirusak oleh kedua saudaranya.

”Ya, kami hanya ingin berkenalan.” Seru mereka bersemangat.

Lalu Kuni menunjukkan benda tersebut kepada kedua saudaranya secara berhati-hati. Mereka sangat terkejut karena benda teman main Kuni hari ini hanyalah sebatang ranting dari pohon Belimbing. Mereka heran dengan permainan yang sangat sederhana, Kuni bisa asyik bermain seharian.

”Oh, hanya sebatang ranting pohon.” Janggu dan Belang berseru keheranan.

’Kak, meskipun hanya sebatang ranting pohon, tetapi benda ini bisa menghiburku.” Kuni menjawab sambil memeluk ranting itu, takut kehilangan benda kesayangannya.

Kuni memilih mainan bukan dari penampilan dan mahalnya barang tersebut tetapi yang terutama dari seberapa besar dia bisa melakukan perbuatan dengan cara yang menarik seperti menggigit, memeluk dan menggeser.

No comments: