Wednesday, November 11, 2009

Ikatan Batin Ibu dan Anak

Oleh : Giacinta Hanna

Masih dicarinya puting-puting itu meskipun tubuh mereka hampir menyamai tubuh sang ibu. Air susupun sudah tidak diproduksinya lagi. Namun, ada suatu rasa kehilangan jika tidak mengisapnya barang sehari saja. Padahal perut mereka baru saja diisi potongan-potongan hati ayam mentah. Desert harus selalu ada untuk menyempurnakan menu makan yaitu berupa puting-puting susu sang ibu.

Dengan perut penuh rasanya mata tidak bisa berkompromi untuk tetap terjaga. Agar dapat tidur nyenyak dan nyaman, mereka mendekati sang ibu dan mulai menghisap puting-puting itu perlahan-lahan. Rupanya air susu tidak juga keluar sehingga jemari mereka ikut menekannya untuk beberapa waktu. Tentunya mereka tahu air susu tidak akan pernah muncul lagi namun gerakan refleks menekan masih digunakannya.


Gigi geligi dan cakar yang sudah tumbuh juga tajam tidak ditolak oleh sang ibu. Dengan suka rela diberikannya putting-putting itu demi memuaskan kebutuhan sang anak. Akhirnya mereka tertidur lelap dengan mulut masih menempel di tubuh sang ibu. Sang ibu tak kuasa bergerak, khawatir anak-anaknya terbangun dari tidur lelap. Tentunya pegal sangat terasa di tubuh namun demi anak-anak, dia rela menjadi patung untuk beberapa waktu, sampai mereka mencabut isapannya.


Sikap sang ibu yang begitu sabar dan mencintai anak-anaknya nampak jelas. Dirinya selalu menjaga hati sang anak dari luka dan derita agar mereka bisa tumbuh sehat, lincah dan bahagia. Tanpa rasa letih ataupun lelah, dijagainya mereka sepanjang hari. Dilaluinya bersama ketika mereka lapar, bermain, ketika ada rintangan atapun sekedar keinginan untuk saling membelai.

Ada ikatan batin antara ibu dan anak yang tidak dapat dipisahkan pleh apapun. Ada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memberikan rasa bahagia. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, diperhatikan dan memperhatikan, dilindungi dan melindungi. Kebutuhan yang tidak dapat digantikan oleh apapun atau siapapun karena mereka berasal dari darah yang sama.


Dari lubuk hati ibu dan anak yang terdalam akan mempunyai kebutuhan yang sama. Meskipun seringkali terjadi pertengkaran, sikap memberontak, silang pendapat bahkan tidak pernah mengenal satu sama lain secara dekat, namun ikatan batin itu akan selalu ada. Kebutuhan untuk saling mengisi akan selalu meminta untuk dipenuhi, hanya dari darah yang sama.

4 comments:

Fonny Jodikin said...

Bagus, Cie Hanna...:)

Giacinta Hanna said...

'Ma kasih ya Fon,.........:-)) Masih belajar n belajar nulis terus nih.

Unknown said...

hmmm, gue bangett..

Giacinta Hanna said...

Weitss.........gue bangetnya gimana nih??