Sunday, August 16, 2009

Anak Ready Stok

Oleh : Giacinta Hanna

“Ma, aku tidak lulus ekstra kulikuler Robotik. Tesnya susah,Ma. Programming,” ujar anakku sedikit kecewa menceritakan hasil tesnya.

“Lho, kog tes programming? SMP kan belum diajarin? Apa harus ikut les dulu dan setelah mahir baru diterima di ekstra kulikuler Robotik?” ujar papanya terheran-heran.

“Katanya yang diterima khusus untuk lomba,” ujar anakku pasrah.

Apalah artinya sebuah piala jika itu hasil dari les di luar sekolah namun dipakai untuk membesarkan nama sekolah? Kemanakah engkau para pendidik murni yang ingin mencerdaskan anak-anakmu? Apakah hanya piala kebanggaan yang kau kejar? Relakah engkau mendidik mereka dari nol sampai mereka benar-benar mahir?

Ekstra kulikuler di sekolah berguna agar anak-anak didik lebih trampil dalam praktek dan juga untuk melatih kreativitas, motivasi dalam diri. Jika hanya segelintir anak dianggap berbakat padahal diterima karena sudah les diluar, bagaimana dengan anak-anak yang lain? Apakah tidak diberi kesempatan yang sama? Apakah termasuk anak-anak yang tidak berbakat? Terus, kemana mereka dapat menyalurkan kreatifitasnya? Ataukah akan selalu dicap sebagai “si bodoh tak punya bakat”?

Sangat praktis rasanya menunjuk anak-anak ‘ready stok’ untuk kepentingan lomba di sekolah. Dan seringkali yang dipilih adalah anak-anak yang sama dari tahun ke tahun. Ini hanya untuk mengejar piala, suatu alat yang dipakai sebagai tanda prestasi. Dan anak-anak yang lain hanya menjadi penonton yang pasif.

Dalam perayaan kemerdekaan kali ini, ada baiknya kita merenung sejenak. Sudahkah kita peduli terhadap generasi bangsa ini? Sudahkah kita mencoba untuk mencari dan menemukan bakat anak-anak kita ? Sudahkah kita mencetak anak ‘ready stok’ dengan hasil keringat sendiri bukan untuk kepentingan pamer tetapi semata-mata untuk masa depan mereka?

Bagi para pendidik, sudahkah engkau besikap adil kepada anak-anak didikmu? Sudahkah bersikap lebih bijak kepada mereka? Mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan kepercayaan.

Mulailah dari sekarang.

Mereka membutuhkan bimbingan kita. Mereka ingin dihargai sebagai pribadi yang berguna. Berilah kepercayaan diri bahwa mereka pasti mampu berkreasi dalam bidang masing-masing. Sediakanlah penyaluran bakat mereka dalam karya nyata.

Adalah suatu hal yang sangat baik jika terjalin kerjasama antara orang tua dan para pendidik di sekolah demi menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Akankah itu dapat terlaksana? Pasti bisa. Jika ada kemauan, saya yakin pasti bisa.

Dirgahayu Indonesiaku ! Majulah generasi penerus. Masa depan bangsa ini ada ditanganmu.


No comments: