Wednesday, May 23, 2007

Oh,...Kurikulum....


"Ma, ada tugas kliping PKPS nih. Judulnya Benda-benda Peninggalan Sejarah." Ujar anakku sedikit panik karena waktu yang diberikan cuma tiga hari terhitung hari ini. Belum lagi ulangan-ulangan yang setumpuk yang harus dihafalkan dan dipelajari setiap hari.

Kalau sudah begini, yang sibuk bukan dia saja tapi mamanya juga ikut sibuk dan panik cari infomasi. Aku telepon temannya, pinjam kliping temannya yang tidak sekelas untuk perbandingan, lihat di buku pintar dan cari-cari data di Internet. Oh,.. aku sepertinya sekolah kembali dan sedang buat tugas saat kuliah dulu.

"Aduh... gila juga nih, masa anak kelas 4 bebannya udah begini banyak?" Omelku dalam hati. Aku yakin mereka tidak mungkin mampu mengerjakan semua bebannya seorang diri tanpa bantuan orang tuanya.
"Lha,... bagaimana kalau kedua orang tuanya bekerja? Siapa yang bantu ?" Gumamku lagi sambil mengerjakan tugas kliping ini dengan sekuat tenaga dan terburu-buru karena khawatir tidak selesai tepat pada waktunya.

"Ma, besok aku studi wisata ke Istana Bogor. Berangkat pukul 7.00 tepat dan pulangnya pukul 17.00 sore." Anakku mengingatkanku.
"Aduh,... mama lupa. Besok ya berangkatnya?" Aku kembali panik.

Ya,... beginilah ibu jaman sekarang. Penuh kepanikan mengurus anak-anaknya. Anakku mana peduli dengan klipingnya. Yang dia pikirkan adalah besok jalan-jalan. Oh,... begitu langkanya kegiatan yang satu ini karena selama ini mereka diperlakukan seperti robot di sekolahnya.

Masuk sekolah, mencatat di kelas, PS (Pekerjaan Sekolah), ulangan, ulangan blok, bagi rapot bayangan, catat lagi, PS lagi, ulangan, ulangan umum. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mempraktekkan ilmu-ilmu dan teori-teori yang sudah diterimanya selama ini. Seringnya mereka masuk kandang setiap hari, seperti kerbau dicocok hidungnya. Tidak menurut ya nilai buruk. Nilai buruk berati bodoh. Tidak ada pilihan.

Terkadang anakku pulang sekolah mengeluh sakit kepala. Tetapi, setelah sampai rumah dan sudah agak santai sakit kepalanya sembuh tanpa obat apapun.
"Wah,.. gejala apa ini?" Pikirku dengan sedikit rasa khawatir akan perkembangan jiwanya.
Kelihatannya anakku stress dengan beban pelajaran ini. Tapi,.. apa yang bisa aku perbuat untuk menolongnya? Oh,.. kurikulum.... bikin sibuk orang tua dan terkesan ngerjain orang tua.

Terkadang saat membantu anakku belajar aku mengeluh dan mengomel.
"Sudah bayar mahal, eh...dikerjain pula. Sudah bayar mahal, eh... kog ikut cape juga ya orang tuanya?" Dimanakah letak ketidak - beresan kurikulum di Indonesia ini?

Jika hal ini berlangsung lama dan pemerintah terutama para ahli di bidang pedidikan tidak melakukan perubahan ataupun terobosan, maka bunga bangsa ini hanyalah akan menjadi beban negara. Karena dasar pendidikan tidak kuat, hanya mengejar nilai tanpa memperhatikan minat dan bakat setiap anak.

Akan jadi apa mereka di masa depan? Apa yang mampu mereka sumbangan untuk negara tercinta ini? Ide-ide murni apa yang akan tercetus untuk menyelesaikan semua permasalahan di bumi pertiwi ini? Kami membutuhkan ide-ide segar untuk kemajuan bangsa. Dimanakah dukungan dan perhatianmu, pemerintah negeri ini? Apakah negeri ini akan menjadi negeri yang paling terbelakang dari yang terbelakang?

Oh,...Kurikulum... kapankah akan berubah menjadi lebih ringan tetapi efektif?





No comments: